Kecupan indah yang mendalami kesan
Hanya sepucuk cinta yang menggores tinta
Bukan masa lalu yang menoreh luka
Mawar itu kini layu menghitam
Menghampiri takdirnya yang kelam
Haruskah sang mawar terus menggugurkan kelopaknya?
Hingga sang duri akan melunak padanya
Biar hujan hidupkan kembali sang mawar
Biar mentari kokohkan lagi sang duri
Hanya terluka dikemudian hari
Yang ia kenang hingga mati
Dan kemudian bangkit kembali
Tersakiti lagi
Dan tersenyum kembali
Menjalani hidupya yang tak berarti
Amarah membuatnya memerah
Hembusan ketenangan membuatnya membiru
Ketulusan membuatnya memutih
Dan luka membuatnya menghitam
Karena semuaanya kembali ke awal
Takdirnya adalah mati
Untuk hidup kembali
Nida Lina Ningtyas
5 Desember 2016
Senin, 05 Desember 2016
Kamis, 01 Desember 2016
Relationship Goals
Dia terus memandang benda mengkilap yang kini melingkar di jari manisnya. Ia masih tak percaya dengan keadaan yang ada. Bunga di hadapannya pun terus ia pandangi hingga ingin pingsan rasanya.
Sang pria dengan senyumnya kembali mengajukan pertanyaannya.
"Maukah kau menjadi jalan hidupku selamanya?"
Sebulir air mata turun dan membuat sang pria justru makin tersenyum. Ia mengusap dengan manis pipi tembam milik kekasihnya. Pujaan hatinya. Dambaan hidupnya.
Sang wanita yang terkejut hanya sanggup menahan isakannya sambil terus mensyukuri apa yang telah terjadi. Tuhan telah mengabulkan doanya. Kini tinggal bagaimana mereka menjalaninya.
Ia mengangguk dengan pelan, tak sanggup menuturkan kata apapun lagi. Sang pria yang tadinya berdebar kini segera menyambar wanita itu dalam pelukannya.
Diiringi musik klasik yang mengalun di restoran yang teramat sepi. Lilin yang tak lelah menyinari mereka. Bahkan airmata bahagia diantara keduanya.
Dengan hati bahagia keduanya melangkah ke lantai dansa. Menari bersama di malam suka cita mereka. Gaun pemberian sang pria mengibas dengan sempurna. Terpaan anginpun terasa menyenangkan di hati mereka. Seolah tak ada yang lebih membahagiakan dari ini.
Dengan lihai kaki kaki mereka melangkah dan ups!
"Awww," jerit wanita itu tak tertahankan. Dia memang tidak merasakan nyeri di kakinya seperti apa yang tergambar di kepalanya. Namun ia tetap menjerit entah mengapa.
Dia membuka matanya perlahan, membiarkan sinar sinar yang menyilaukan menelusup masuk ke matanya.
Ha? Mimpi?
Dia mengusap matanya dengan kesal. Tapi yang dia dapati tetap pemandangan kamar tidurnya yang menyebalkan.
"Arrrrggghhhh!!!!!"
~
Wanita itu berjalan dengan wajah lesu. Bagaimana tidak? Mimpinya yang begitu sempurna ternyata hanya hayalan semata. Teringat semua hal itu membuatnya jadi mual. Menyebalkan!
"Eoh!"
Wanita itu terhenti saat merasa menyandung sesuatu. Dia memungutnya, entah kenapa wanita itu merasa tertarik. Dia menaikkan alisnya heran.
"Cincin?"
Sontak ia mengenakan cincin dari alang alang itu di jari manisnya. Menjauhkan jemarinya dan memandanginya dengan rasa yang bercampur aduk.
Dia menghela napas berulang kali. Berharap waktu cepat berlalu.
"Morning~" suara yang sangat ia kenal menyapa wanita itu dengan hangat. Ia merangkul pundak wanita itu tanpa ragu. Namun senyumnya meluntur saat melihat apa yang sedang wanitanya itu perhatikan.
"Kau dapat dari mana benda jelek itu?"
Dengan sigap wanita itu segera menggenggam tangan kanannya, menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Iss," sang pria pun mendesis dan melepas rangkulannya.
"Kalau kau mau aku akan membuatkan 100 bahkan 1000 cincin yang lebih bagus dari itu, bahkan aku akan membelikanmu yang asli pada saatnya,"
Kata kata terakhir ia buat benar benar lirih. Namun wanita kecil di hadapannya masih mendengarnya dengan samar.
"Apa? Kau bilang apa?" wanita itu menggelayuti lengan sang pria.
"Tidak!"
"Apa?"
"Tidak apa-apa!!"
Dan gelak tawapun membuat mood wanita itu kembali naik.
"Aku akan menikmati masa ini sampai saatnya tiba dengan sendirinya,asalkan aku tetap bersamanya semua akan tetap kunanti dengan hati yang bahagia,"
Fin~
Sang pria dengan senyumnya kembali mengajukan pertanyaannya.
"Maukah kau menjadi jalan hidupku selamanya?"
Sebulir air mata turun dan membuat sang pria justru makin tersenyum. Ia mengusap dengan manis pipi tembam milik kekasihnya. Pujaan hatinya. Dambaan hidupnya.
Sang wanita yang terkejut hanya sanggup menahan isakannya sambil terus mensyukuri apa yang telah terjadi. Tuhan telah mengabulkan doanya. Kini tinggal bagaimana mereka menjalaninya.
Ia mengangguk dengan pelan, tak sanggup menuturkan kata apapun lagi. Sang pria yang tadinya berdebar kini segera menyambar wanita itu dalam pelukannya.
Diiringi musik klasik yang mengalun di restoran yang teramat sepi. Lilin yang tak lelah menyinari mereka. Bahkan airmata bahagia diantara keduanya.
Dengan hati bahagia keduanya melangkah ke lantai dansa. Menari bersama di malam suka cita mereka. Gaun pemberian sang pria mengibas dengan sempurna. Terpaan anginpun terasa menyenangkan di hati mereka. Seolah tak ada yang lebih membahagiakan dari ini.
Dengan lihai kaki kaki mereka melangkah dan ups!
"Awww," jerit wanita itu tak tertahankan. Dia memang tidak merasakan nyeri di kakinya seperti apa yang tergambar di kepalanya. Namun ia tetap menjerit entah mengapa.
Dia membuka matanya perlahan, membiarkan sinar sinar yang menyilaukan menelusup masuk ke matanya.
Ha? Mimpi?
Dia mengusap matanya dengan kesal. Tapi yang dia dapati tetap pemandangan kamar tidurnya yang menyebalkan.
"Arrrrggghhhh!!!!!"
~
Wanita itu berjalan dengan wajah lesu. Bagaimana tidak? Mimpinya yang begitu sempurna ternyata hanya hayalan semata. Teringat semua hal itu membuatnya jadi mual. Menyebalkan!
"Eoh!"
Wanita itu terhenti saat merasa menyandung sesuatu. Dia memungutnya, entah kenapa wanita itu merasa tertarik. Dia menaikkan alisnya heran.
"Cincin?"
Sontak ia mengenakan cincin dari alang alang itu di jari manisnya. Menjauhkan jemarinya dan memandanginya dengan rasa yang bercampur aduk.
Dia menghela napas berulang kali. Berharap waktu cepat berlalu.
"Morning~" suara yang sangat ia kenal menyapa wanita itu dengan hangat. Ia merangkul pundak wanita itu tanpa ragu. Namun senyumnya meluntur saat melihat apa yang sedang wanitanya itu perhatikan.
"Kau dapat dari mana benda jelek itu?"
Dengan sigap wanita itu segera menggenggam tangan kanannya, menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Iss," sang pria pun mendesis dan melepas rangkulannya.
"Kalau kau mau aku akan membuatkan 100 bahkan 1000 cincin yang lebih bagus dari itu, bahkan aku akan membelikanmu yang asli pada saatnya,"
Kata kata terakhir ia buat benar benar lirih. Namun wanita kecil di hadapannya masih mendengarnya dengan samar.
"Apa? Kau bilang apa?" wanita itu menggelayuti lengan sang pria.
"Tidak!"
"Apa?"
"Tidak apa-apa!!"
Dan gelak tawapun membuat mood wanita itu kembali naik.
"Aku akan menikmati masa ini sampai saatnya tiba dengan sendirinya,asalkan aku tetap bersamanya semua akan tetap kunanti dengan hati yang bahagia,"
Fin~
Langganan:
Komentar (Atom)