Minggu, 08 Januari 2017
Missing
Jarak, bagai detik bom waktu yang terus berdentang tanpa peduli kekhawatiran yang dirasakan orang.
Hal itu membawa seluruh jiwa ragaku melayang. Tak tentu arah kemana perginya.
Tak menuju kearahmu, tak juga kearah yang lain. Hanya bimbang di persimpangan. Hal itu terus terasa kala kerinduan tak lagi ada ampun.
Aku menahan, menahan, dan menahan rindu. Namun kabar tak kunjung mendekat.
Apa dia bosan? Bosan pada keserakahanku memilikinya? Oh takdir. Bawalah dia padaku secepat angin menghembus daun di musim gugur. Secepat jatuhnya hujan yang mengingatkanku akan dekapannya.
Kini hanya kekhawatiran berkutat di kepalaku. Bersarang dalam perasaanku. Hanya kata rindumu yang mampu mengobatinya.
Kembalilah padaku barang sejenak. Sandarkan semua benakmu hanya padaku. Ku siap menopangmu kala kau ingin. Sakit. Dan hendak terlelap.
Maka bawalah aku untuk selalu di sampingmu. Melangkah bersamamu. Dalam genggamanmu aku akan berjalan. Mengikuti tuntunanmu. Titahmu. Dan segala tutur muliamu.
Harap, dan harapan. Dunia dan kenyataan. Dirimulah separuh diriku. Sang pecinta senandung dan sajak indah. Yang menggilaimu lebih dari itu.
Saat ku bersenandung, hanya untukmu. Semua sajakku hanya tentangmu.
Kau, cinta, dan hidup. Semuanya adalah sama.
Milikku.
Hanya untukku
NLN
20-12-16
Langganan:
Komentar (Atom)